Belajar dari Pengalaman Pahit Midun Perihal Berutang





Lihat tema pilihan mengenai "Susahnya Melunasi Hutang", saya jadi ingat pada sinetron yang benar-benar terkesan di hati waktu saya masih remaja. Sinetron itu disiarkan di TVRI serta buat saya pribadi, nilai kepribadian dari sinetron ini tetap kekal di pikiran saya sampai kapan juga.

"Menderita Bawa Nikmat" ialah judul sinetron itu yang diperlihatkan dengan cara bersambung di TVRI, serta saya dan orang-tua serta saudara tetap menanti jam disiarkannya sinetron ini. Kami menontonnya bersama serta sinetron ini benar-benar memberikan inspirasi.

Sinetron yang dibikin berdasar novel yang dicatat oleh Toelis Soetan Sati ini benar-benar membekas di hati saya sebab bercerita mengenai figur Midun yang difitnah oleh salah seorang yang punya pengaruh di kampungnya hingga ia harus mendekam dalam penjara.

Lika-likunya dalam berusaha sampai jadi orang sukses benar-benar benar-benar menarik. Sayangnya, umumnya sinetron sekarang ini sangat jauh dari mengajari nilai-nilai edukasi seperti sinetron jaman dulu.

Sangkanya beberapa produser serta sutradara dapat mengusung novel-novel yang memiliki nilai edukasi tinggi serta berguna jadi sinetron yang memberi nilai kepribadian pada pirsawan Indonesia seperti TVRI dulu yang menyiarkan sinetron "Menderita Bawa Nikmat", salah satunya sinetron sebagai contoh teladan dalam tampilkan serta mengajari nilai-nilai kepribadian yang baik pada beberapa pirsawan.

Tetapi, dalam tulisan ini, saya tidak mengulas masalah alur cerita sinetron "Menderita Bawa Nikmat" keseluruhannya. Anda dapat melihat sinetron ini di account YouTube TVRI yang link-nya akan saya bagi diakhir tulisan ini.

Sama seperti yang saya sebutkan diawalnya tulisan, pelajaran pahit Midun tentang berutang jadi evaluasi bernilai buat saya yang saat itu masih remaja waktu melihat sinetron ini. Itu yang memicu saya untuk waspada dalam berutang waktu mendekati dewasa sampai sekarang ini.

Ada satu sisi dari sinetron ini dimana Midun salah mengambil langkah dalam 'berutang' hingga ia harus menelan pil pahit serta sangat terpaksa mendekam dalam hotel prodeo.

Saya mengaitkan, ada 3 (tiga) nilai kepribadian berkenaan dengan evaluasi pengalaman dari pahit Midun tentang 'berutang'.

1. Harus dapat membaca serta menulis secara baik

Ini sebagai masalah. Midun waktu itu tidak dapat membaca serta menulis latin, hingga ia tanda-tangani surat kesepakatan tentang hutang piutang tanpa ada ketahui isi surat dengan jelas.

Di jaman saat ini, apa masih ada orang yang buta huruf atau buta aksara?

Jawabannya: masih ada.

 

Postingan populer dari blog ini

in the north of the island, these trees now cover a staggering 20% of the entire state.

but also as a potential juror who was summoned as “Juror No

ensuring equal treatment of minority faiths